Jelang dan Sambut Ramadhan
```Sambut Ramadhan``` --------------------------------- ✹゚・:*🌺゚・:*✹ 🌺
✹゚・:*゚🌺 ・:*✹ *MENGHIDUPKAN BULAN* *RAMADHAN* *DENGAN SUNNAH PUASA*
✹゚・:*🌺゚・:*✹ 🌺 ✹゚・:*゚🌺 ・:*✹ *بِسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ
الرَّحِيْمِ* 🌺🌺 Yuk hidupkan bulan Ramadhan dengan memperbanyak sunnah
puasa. “Barangsiapa ingin berpuasa, maka hendaklah dia bersahur.” (HR. Ahmad.
Dikatakan shohih oleh Syaikh Al Albani karena memiliki banyak syawahid. Lihat
Shohihul Jami’) Berikut adalah sunnah-sunnah puasa yang dapat kita hidupkan di
bulan Ramadhan berdasarkan petunjuk Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Semoga
bermanfaat. *[1] Mengakhirkan Sahur* Nabi kita shallallahu ‘alaihi wa sallam
telah memerintahkan dan menganjurkan kepada orang yang hendak berpuasa agar
makan sahur. Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, مَنْ أَرَادَ أَنْ
يَصُومَ فَلْيَتَسَحَّرْ بِشَىْءٍ “Barangsiapa ingin berpuasa, maka hendaklah
dia bersahur.” (HR. Ahmad. Dikatakan shohih oleh Syaikh Al Albani karena
memiliki banyak syawahid. Lihat Shohihul Jami’) Nabi kita shallallahu ‘alaihi
wa sallam menganjurkan demikian karena di dalam sahur terdapat keberkahan.
Dari pembantu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam –Anas bin Malik
radhiyallahu ‘anhu– berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda, تَسَحَّرُوا فَإِنَّ فِى السَّحُورِ بَرَكَةً “Makan sahurlah karena
sesungguhnya pada sahur itu terdapat berkah.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Keberkahan yang dimaksudkan di sini di antaranya adalah dengan makan sahur
seseorang akan menjadi kuat berpuasa mulai dari terbit fajar hingga matahari
tenggelam. (Lihat Syarh Riyadhus Sholihin, 3/451, Darul Kutub Al ‘Ilmiyah)
Barokah lain juga adalah sebagai pembeda antara puasa Yahudi-Nashrani (Ahlul
Kitab) dengan umat ini. Dari Amr bin ‘Ash radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, فَصْلُ مَا بَيْنَ صِيَامِنَا وَصِيَامِ
أَهْلِ الْكِتَابِ أَكْلَةُ السَّحَرِ “Perbedaan antara puasa kita (umat Islam)
dan puasa ahlul kitab terletak pada makan sahur.” (HR. Muslim). Orang ahli
kitab ketika berpuasa, mereka makan sahur sebelum pertengahan malam dan mereka
tidak makan sahur sama sekali. Kaum muslimin diberi keutamaan dalam berpuasa
yaitu diberi kemudahan untuk makan sahur. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam juga melarang untuk meninggalkan sahur, di mana beliau shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda, السَّحُورُ أَكْلُهُ بَرَكَةٌ فَلاَ تَدَعُوهُ
وَلَوْ أَنْ يَجْرَعَ أَحَدُكُمْ جَرْعَةً مِنْ مَاءٍ فَإِنَّ اللَّهَ عَزَّ
وَجَلَّ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى المُتَسَحِّرِينَ “Sahur adalah
makanan yang penuh berkah. Oleh karena itu, janganlah kalian meninggalkannya
sekalipun hanya dengan minum seteguk air. Karena sesungguhnya Allah dan para
malaikat bershalawat kepada orang-orang yang makan sahur.” (HR. Ahmad.
Dikatakan hasan oleh Syaikh Al Albani dalam Shohihul Jami’) Dan sangat
dianjurkan untuk mengakhirkan waktu sahur hingga menjelang fajar. Hal ini
dapat dilihat dalam hadits Anas dari Zaid bin Tsabit bahwasanya beliau pernah
makan sahur bersama Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, kemudian beliau
shallallahu ‘alaihi wa sallam berdiri untuk menunaikan shalat. Kemudian Anas
berkata,”Berapa lama jarak antara adzan dan sahur kalian?” Kemudian Zaid
berkata,”Sekitar 50 ayat”. (HR. Bukhari dan Muslim) *[2] Menyegerakan berbuka*
Menyegerakan berbuka akan mendatangkan kebaikan. Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda, لاَ يَزَالُ النَّاسُ بِخَيْرٍ مَا عَجَّلُوا
الْفِطْرَ “Manusia akan senantiasa berada dalam kebaikan selama mereka
menyegerakan berbuka.” (HR. Bukhari dan Muslim) Menyegerakan berbuka juga
berarti seseorang konsisten dalam menjalankan sunnah Nabinya shallallahu
‘alaihi wa sallam. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, لَا
تَزَالُ أُمَّتِى عَلَى سُنَّتِى مَا لَمْ تَنْتَظِرْ بِفِطْرِهَا النُجُوْمَ
“Umatku akan senantiasa berada di atas sunnahku selama tidak menunggu
munculnya bintang untuk berbuka puasa.” (HR. Ibnu Hibban dan Ibnu Khuzaimah.
Dikatakan shohih oleh Syaikh Al Albani dalam Shohih Targib wa Tarhib). Dan
inilah yang ditiru oleh Syi’ah Rafidhah, mereka meniru Yahudi dan Nashrani
dalam berbuka puasa yaitu baru berbuka ketika munculnya bintang. Semoga Allah
melindungi kita dari kesesatan mereka. (Lihat Shifat Shoum Nabi, hal. 63) Nabi
kita shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa berbuka puasa sebelum menunaikan
shalat maghrib dan bukanlah menunggu hingga shalat maghrib selesai dikerjakan.
Inilah contoh dan akhlaq dari suri tauladan kita shallallahu ‘alaihi wa
sallam. Sebagaimana Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu berkata, كَانَ رَسُولُ
اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- يُفْطِرُ عَلَى رُطَبَاتٍ قَبْلَ أَنْ يُصَلِّىَ
فَإِنْ لَمْ تَكُنْ رُطَبَاتٌ فَعَلَى تَمَرَاتٍ فَإِنْ لَمْ تَكُنْ حَسَا
حَسَوَاتٍ مِنْ مَاءٍ “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam biasanya
berbuka dengan rothb (kurma basah) sebelum menunaikan shalat. Jika tidak ada
rothb, maka beliau berbuka dengan tamr (kurma kering). Dan jika tidak ada yang
demikian beliau berbuka dengan meminum air putih.” (HR. Abu Daud, dikatakan
hasan shohih oleh Syaikh Al Albani dalam Shohih wa Dho’if Sunan Abu Daud).
Hadits ini menunjukkan bahwa ketika berbuka dianjurkan berbuka dengan kurma
(rothb atau tamr) sebagaimana yang beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam
lakukan. *[3] Berdo’a ketika berbuka* Perlu diketahui bersama bahwa do’a
ketika berbuka adalah salah satu do’a yang mustajab dan tidak akan ditolak.
Maka berdo’alah dengan penuh keyakinan bahwa do’amu akan dikabulkan. Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ثَلاَثَةٌ لاَ تُرَدُّ دَعْوَتُهُمُ
الإِمَامُ الْعَادِلُ وَالصَّائِمُ حِينَ يُفْطِرُ وَدَعْوَةُ الْمَظْلُومِ “Ada
tiga orang yang do’anya tidak ditolak : [1] Pemimpin yang adil, [2] Orang yang
berpuasa ketika dia berbuka, [3] Do’a orang yang terdzolimi.” (HR. Tirmidzi,
Ibnu Hibban, dan Ibnu Majah. Dikatakan shohih oleh Syaikh Al Albani dalam
Shohih wa Dho’if Sunan Tirmidzi) Do’a ketika berbuka adalah sebagaimana hadits
yang diriwayatkan oleh Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhuma bahwa dulu Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika berbuka beliau membaca : ذَهَبَ الظَّمَأُ
وَابْتَلَّتِ الْعُرُوقُ وَثَبَتَ الأَجْرُ إِنْ شَاءَ اللَّهُ “Dzahabadh
dhoma’u wabtallatil ‘uruqu wa tsabatal ajru insya Allah (artinya: Rasa haus
telah hilang dan urat-urat telah basah, dan pahala telah ditetapkan insya
Allah)” (HR. Abu Daud. Dikatakan hasan oleh Syaikh Al Albani dalam Shohih wa
Dho’if Sunan Abi Daud) *[4] Memberi makan orang berbuka* Para pembaca
sekalian, beri makanlah kepada orang yang berpuasa karena ini akan
mendatangkan pahala dan kebaikan yang melimpah ruah. Lihatlah apa yang
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sabdakan, مَنْ فَطَّرَ صَائِمًا كَانَ
لَهُ مِثْلُ أَجْرِهِ غَيْرَ أَنَّهُ لاَ يَنْقُصُ مِنْ أَجْرِ الصَّائِمِ
شَيْئًا “Siapa memberi makan orang yang berpuasa, maka baginya pahala seperti
orang yang berpuasa tersebut, tanpa mengurangi pahala orang yang berpuasa itu
sedikit pun juga.” (HR. Tirmidzi dan dikatakan shohih oleh Syaikh Al Albani
dalam Shohih wa Dho’if Sunan Tirmidzi) *[5] Memperbanyak ibadah di bulan
Ramadhan* Di antara petunjuk Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah
memperbanyak berbagai macam ibadah di bulan Ramadhan. Jibril ‘alaihis sallam
biasa membacakan Al Qur’an kepada beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam di
bulan Ramadhan. Dan apabila Jibril menemui Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,
terlihat bahwa beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah orang yang paling
suka memberi bagaikan hembusan angin. Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam
adalah sebaik-baik manusia yang paling banyak bersedekah, berbuat ihsan
(kebaikan), membaca Al Qur’an, shalat, dzikir dan i’tikaf. (Zadul Ma’ad,
II/29, Ibnul Qayyim, , Mawqi’ul Islam-Maktabah Syamilah) Alhamdulillahilladzi
bi ni’matihi tatimmush sholihaat, wa shallallahu ‘ala nabiyyina Muhammad wa
‘ala alihi wa shohbihi wa sallam. ........................... Penulis : *Ustdz
Muhammad Abduh Tuasikal MSc Hafidzhahullah* Artikel https://rumaysho.com
........................... *NOTE :* ------------- #45 Hari .... Hanya
Estimasi #01 Ramadhan Ikut Keputusan Pemerintah #Yukkk qadhaq Puasa ...
........................... 🍀🍁
Komentar
Posting Komentar