SYAHADAT

Bismillaahirrahmaanirrahiim Syahadat
adalah proses yang sangat
penting dan diutamakan dalam
kehidupan manusia di alam dunia
ini,terutama bagi yang mengakui
Islam sebagai pedoman hidupnya
untuk menuju keselamatan dunia dan
akherat.
Segala sesuatu amal perbuatan
hendaklah diketahui ilmunya terlebih
dahulu agar selanjutnya mudah
menjalankannya dan tidak sesat atau
menyesatkan. Kalimat syahadat merupakan
kalimat
sederhana tetapi mengandung makna
yang sangat mendalam dan
merupakan syarat utama tentang
baik/buruknya amal ibadah kita
selanjutnya. Karna itu sangat penting kita
memahami tentang segala
sesuatu dengan ilmunya. Allah SWT
berfirman, “Maka ILMUILAH (ketahuilah)!
Bahwasanya tiada sesembahan yang berhak
disembah selain Allah dan mohonlah
ampunan bagi dosamu dan bagi (dosa)
orang- orang mukmin, laki-laki dan
perempuan. Dan Allah mengetahui tempat
kamu berusaha dan tempat
tinggalmu.” (QS. Muhammad: 19) Untuk
menempuh jalan keselamatan
dalam kehidupan dibutuhkan suatu
kunci sebagai pembuka kemudahan
dalam menuju keridhoan Ilahi, Dunia
ini bagaikan sebuah pintu gerbang
menuju neraka atau kesurga,dan pemegang
kunci pintu gerbang
tersebut adalah diri kita masing-
masing.Dan hendak kita gunakan
untuk membuka pintu gerbang yang
manakah kunci tersebut? Apakah kunci
tersebut ? Kuncinya sangat sederhana,bukan
terbuat dari
besi,tembaga,perak,kuningan atau
emas dan tak perlu butuh biaya besar
untuk membuat/mencari kunci
tersebut,sebab jalan keselamatan pada
hakekatnya murah meriah tapi
banyak manusia yang tidak
suka ,akan tetapi manusia lebih suka
kepada sesuatu yang mahal,padahal
yang mahal belum tentu menjamin
kualitas produk iman yang baik. Dari Zaid bin
Arqam Radiallahu-
Anhu meriwayatkan bahawa
Rasulullah SAW
bersabda ,“Barangsiapa yang
mengucapkan Laa Ilaha Illallah dengan
ikhlas, dia akan dimasukkan ke dalam
syurga.
”(HR.At-Thabrani) Sebagaimana sabda Nabi
tersebut
bahwa kunci surga adalah Laa Ilaha
Illallah ,tapi apakah begitu mudahnya hanya
dengan
mengucapkan Laa Ilaha Illallah kita akan
masuk surga ?...Tentu tidaklah
demikian! Lalu Rasulullah menegaskan harus
disertai keikhlasan ,Nah keihklasan yang
seperti apakah itu ? Kemudian Sahabat
bertanya lagi,
“Bagaimanakah yang dimaksudkan
dengan ikhlas itu? Rasulullah
Sallallahu Alaihi Wasallam bersabda:
“Ikhlas itu ialah yang mencegah dari
melakukan perbuatan-
perbuatan yang haram”.(HR. At- Thabrani)
SYAHADAT= SYAHNYA DAT,Yaitu
mensyahkan Dat (jasad/raga)
,maksudnya diri kita telah bertekad
untuk mensyahkan,memurnikan serta
mengikhlaskan diri kita untuk Islam
(Penyerahan diri secara total). Tingkatan
perbuatan yang paling haram diantara yang
haram adalah perbuatan syirik dan
merupakan perbuatan dosa terbesar yang
tidak di ampuni sebagaimana fiman-Nya;
"Sesungguhnya orang yang
mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah,
maka pasti Allah MENGHARAMKAN kepadanya
Surga, dan tempatnya ialah Neraka,
tidaklah ada bagi orang-orang zhalim itu
seorang penolong pun." (QS.Al-Ma'idah: 72)
"Sesungguhnya Allah tidak akan
mengampuni dosa syirik, dan Dia
mengampuni segala dosa yang selain dari
(syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-
Nya." (QS.An- Nisaa': 48) Sebelum penjelasan
berikutnya alangkah lebih baik kita
mengetahui dulu tentang ilmunya
bersyahadat yang meliputi beberapa
persyaratan utama,yaitu : 1.Ilmu
Artinya memahami makna dan
maksudnya ,yaitu ketika orang yang
bersyahadat haruslah memahami dengan
hatinya apa yang diikrarkan oleh
lisannya.Kesaksian yang dilakukannya adalah
kesaksian antara dirinya dengan
perilakunya,dimana perilaku tersebut
menafikan bahwa tujuan ibadah hanya
ditujukan secara murni kepada Allah
SWT ,bukan pada tuhan-tuhan duniawi,dan
mengisbatkan bahwa dirinya hanya
meminta pertolongan dan menyerahkan
segala hidupnya kepada Allah SWT. 2. Ikhlas.
Setelah kita mengetahui Ilmunya ,maka
langkah selanjutnya adalah keikhlasan
didalam hati,sebab suatu ilmu yang tidak
didasari keikhlasan tidak akan memberikan
kebaikan. Dan didalam keikhlasan inilah yang
kelak akan menumbuhkan suatu keyakinan
terhadap apa yang dipelajari dan
dipahaminya. 3.Yaqin (yakin).
Berikutnya apabila kita tadi ikhlas untuk
menerima ilmu serta memahaminya,maka
akan timbulah keyakinan yang tidak goyah
dan benar-benar telah menyatu kedalam
dirinya. Sehingga akan benar-benar mampu
merealisasikan makna syahadat didalam
kehidupannya. Allah SWT berfirman:
"Sesungguhnya orang-orang yang beriman
hanyalah orang-orang yang beriman kepada
Allah dan Rasul-Nya kemudian mereka tidak
ragu-ragu(Yakin) ..." (QS.Al-Hujurat: 15) 4.
Qobul (menerima).
Setelah keyakinan kokoh,maka ia pun akan
menerima segala konsekwensi terhadap apa
yang telah diikrarkannya. Apabila ia
mengucapkan, tetapi tidak menerima dan
menta'atinya, maka ia termasuk orang-
orang yang ingkar terhadap ikrarnya
sendiri,dan menganggap ikrarnya tersebut
hanya sebagai main-
main atau suatu ucapan seperti syair tanpa
makna. Allah SWT berfirman, "Sesungguhnya
mereka dahulu apabila dikatakan kepada
mereka: 'Laa ilaaha illallah' (Tiada Tuhan
yang berhak disembah melainkan Allah)
mereka menyombongkan diri. dan mereka
berkata: "Apakah sesungguhnya kami harus
meninggalkan sembahan- sembahan kami
karena seorang penyair gila?" (QS. Ash-
Shafat: 35-36) 5.Shidq (jujur).
Setelah kita mau menerima segala
konsekwensinya,maka selanjutnya perilaku
kita hendaknya Jujur,yaitu jujur pada diri
sendiri terhadap ucapan yang diikrarkan
dengan perilaku yang mencerminkan makna
syahadat tersebut. Allah SWT berfirman: "Di
antara manusia ada yang mengatakan: 'Kami
beriman kepada Allah dan Hari kemudian',
padahal mereka itu sesungguhnya bukan
orang-orang yang beriman. Mereka hendak
menipu
Allah dan orang-orang yang beriman, pada
hal mereka hanya menipu dirinya sendiri
sedang mereka tidak sadar. Dalam hati
mereka ada penyakit, lalu ditambah Allah
penyakitnya; dan bagi mereka siksa yang
pedih, disebabkan mereka berdusta." (QS.Al-
Baqarah: 8-10) 6. Mahabbah (kecintaan).
Hal yang utama perlu ditumbuhkan didalam
hati adalah kecintaan kepada apa yang
diikrarkannya(Syahadat) yaitu Allah SWT dan
Rasul-Nya.Dengan kekuatan cinta maka
manusia akan rela/bersedia
taat,tunduk,patuh dan takut akan
kehilangan ataupun takut mendapat amarah
dari yang dicintainya. Katakanlah: "Jika kamu
(benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku
(Nabi Muhammad Saw), niscaya Allah
mengasihi dan mengampuni dosa-
dosamu.Sesungguhnya Allah Maha
Pengampun lagi Maha Penyayang." (QS.Ali-
Imran : 31) "Adapun orang-orang yang
beriman sangat cinta kepada Allah." (QS.Al-
Baqarah: 165) 7.Inqiyaad (Tunduk dan
Patuh).
Yang terakhir adalah Tunduk/ Patuh ,yaitu
dengan memegang konsekwensi syahadat
yang telah diikrarkannya dengan jalan
Taqwa ,dan tidak ada lagi berbagai macam
alasan untuk melanggar/ menentang-Nya.
Allah Subhannahu wa Ta'ala berfirman: "Dan
barangsiapa yang menyerahkan dirinya
kepada Allah, sedang dia orang yang berbuat
kebaikan, maka sesungguhnya ia telah
berpegang kepada buhul tali yang
kokoh." (QS.Luqman: 22) Ada beberapa fase/
tingkatan seorang
hamba apabila benar-benar mampu
menyatukan,menyelaraskan antara
ikrar syahadat dan
perbuatannya,yaitu : - Laa ma'buda bi
haqqin Illallaah ;
hatinya akan terbuka bahwa dialam
dunia ini ada yang menciptakan,dan
akan mentauhidkan serta
memposisikan kedudukkan antara
seorang hamba dengan Sang Penciptanya
dengan benar,dan
menjauhi segala perbuatan syirik
duniawi. Sebab melalui perilakunya ia
akan mencerminkan sikap haq hanya
kepada Allah Sang Pencipta tempat
bergantung segala sesuatu dalam kehidupan
ini. - Laa maqsudaa Illallaah ; Sikap/
perilaku ini tumbuh seiring dengan
memurnikan ibadah dirinya kepada
Allah SWT,sehingga apapun yang
dilakukannya hanyalah untuk tujuan
mendapatkan keridhoan-Nya. -Laa
ma'ujudaa Illallah ; Suatu
tingkatan penghambaan tertinggi
apabila seorang hamba sudah dapat
memandang dengan hatinya bahwa
segala sesuatu yang tergelar dialam
semesta ini adalah sebagai wujud adanya
Allah,sehingga apapun yang
dilihat,dilakukan,dan dirasakannya
sebagai perwujudan dari satu
kesatuan keberadaan dan keagungan
Allah SWT. Maka dia tidak lagi memandang
pada
makhluk tetapi yang dia pandang
adalah hakekat keberadaan
Allah,dengan demikian tiada lagi pada
perilakunya yang buruk,sebab
apabila dia menyakiti sesama makhluk
ciptaan-Nya sama saja dengan
menyakiti Allah SWT. Sifat manusia seperti
ini ;
-akan selalu mensucikan dengan
mencerminkan sikap SUBHANALLAH
-akan selalu bersyukur dengan
mencerminkan sikap ALHAMDULILLAH
-akan selalu memurnikan tauhidnya dengan
mencerminkan sikap LAA
ILAHA ILLALLAH
-akan selalu mengagungkan Sang
pencipta dengan mencerminkan sikap
ALLAHU AKBAR
-akan hilanglah segala kesombongan dengan
mencerminkan sikap LAA
HAWLA WALA QUWATA
-Dan ia akan menyadari bahwa
kehidupan didunia hanya
persinggahan,maka ia akan tawakal
dan mencerminkan sikap INNA LILLAHI WA
INNA ILAIHI RAAJI'UUN Salam
Semoga bermanfaat

Komentar

Postingan populer dari blog ini

REMINDER TAHAJUD

SUBUHMU DI MANA?

Tidak mesti jadi ustad